top of page

Museum Ceria, Amerika Serikat, dan Kalimantan

  • Writer: museumceria
    museumceria
  • Jan 25, 2023
  • 2 min read

Memangnya ada hubungan apa antara Museum Ceria, Amerika Serikat, dan Kalimantan?


Tahun 2022 lalu, Museum Ceria dan Institut Konservasi menjadi local partner dari Tracing Patterns Foundation (TPF) - LSM dari Berkeley California. TPF mendapatkan funding dari Kedutaan Amerika Serikat untuk menyelenggarakan workshop M21: Museums for the 21st Century, terutama di Kalimantan.


Workshop M21 dilaksanakan di tiga kota, dan disetiap kota diselenggarakan selama tiga hari. Yakni di Museum Tekstil Jakarta (12-14 Desember 2022), di Museum Kalimantan Barat Pontianak (15-17 Desember 2022), dan di Museum Balanga Palangkaraya (20-22 Desember 2022). Kegiatan workshop ini dirancang khusus untuk praktisi di bidang museum dan kebudayaan.


Workshop M21 diikuti oleh peserta dari berbagai museum. Antara lain dari Museum Multatuli Lebak, Museum Batik TMII, UP Museum Seni DKI Jakarta, UP Museum Kesejarahan DKI Jakarta, Museum Kepresidenan Bogor, Museum Maritim, Museum Bahari, Museum Kalimantan Barat, Galeri Mempawah, Museum Sambas, Museum Kapuas Raya Sintang, Museum Balanga, dan Museum Kayu Sampit. Workshop M21 juga diikuti oleh sejumlah akademisi dari Universitas Tanjung Pura Pontianak, dan praktisi dari kantor dinas kebudayaan Provinsi Kalimantan Barat, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Tengah, serta Kota Palangkaraya.


Selama tiga hari peserta mendapat tiga materi yang berbeda, yaitu mengenai konservasi, kuratorial, dan museum edukasi. Topik konservasi dibawakan oleh Saiful Bakhri dari Institut Konservasi dan Kristal Hale dari the Metropolitan Museum of Art New York. Topik kuratorial dibawakan oleh Sandra Sardjono dan Chris Buckley dari Tracing Patterns Foundation serta Robert Ponsioen dari National Museum of Natural History, Smithsonian Institution, Washington DC. Sedangkan materi museum edukasi disampaikan oleh Lady Boss Museum Ceria, Ajeng A. Arainikasih.


Lady Boss Museum Ceria membawakan materi mengenai bagaimana cara merancang program publik dan program edukasi museum untuk pengunjung anak-anak dan pengunjung berkebutuhan khusus. Para peserta workshop M21 bahkan langsung praktek berkeliling museum dengan mata tertutup dan duduk di kursi roda. Dari praktek langsung ini, peserta jadi bisa merasakan dan memahami apa saja kebutuhan pengunjung dengan disabilitas di museum.








Selain itu, Visual Designer Museum Ceria, Salich Wicaksana, juga mendisain trail untuk Museum Kalimantan Barat dan Museum Balanga, khusus untuk peserta workshop M21. Dengan bermain di museum, diharapkan peserta bisa langsung memahami bagaimana cara mengembangkan media edukasi untuk anak-anak usia sekolah dasar. Jadi, diharapkan program edukasi dan program publik museum-museum di Indonesia - khususnya di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah - tidak lagi hanya terbatas pada lomba saja!






Setelah pemberian materi dalam workshop luring di tahun 2022, workshop M21 masih dilanjutkan secara daring pada tahun 2023. Di tahun 2023 ini peserta diminta untuk mengerjakan sejumlah tugas dan mempresentasikannya. Workshop daring ini akan ditutup dengan sejumlah kuliah umum yang dibawakan oleh pembicara kawakan dari museum dan universitas di Amerika Serikat seperti Christina Kreps (University of Denver), Ellen Pearlstein (UCLA), dan Savita Monie (Metropolitan Museum of Art).


Semoga kolaborasi Museum Ceria, Institut Konservasi, dan Tracing Patterns Foundation ini masih bisa berlanjut lagi di 2023/2024 agar bisa diselenggarakan di Samarinda (Kalimantan Timur) dan Tarakan (Kalimantan Utara) ya. Fingers cross...


Tim Museum Ceria narsis dulu

Comentários


bottom of page