Museum Ceria
Cerita
Museum Ceria didirikan tahun 2010 oleh Ajeng Ayu Arainikasih. Saat itu Ajeng baru saja menyelesaikan pendidikan Magisternya di Australia. Ajeng menyadari bahwa program edukasi museum-museum di Indonesia cenderung didisain secara pasif, sementara museum-museum di Australia menggunakan pendekatan active learning.
​
Karena perbedaan itulah maka Museum Ceria lahir. Museum Ceria merancang kegiatan berbasis fun and active learning di museum, terutama bagi pengunjung anak dan keluarga.
​
Museum Ceria berkeinginan untuk membuat anak-anak Indonesia peduli terhadap sejarah, warisan budaya, dan alam melalui kunjungan ke museum yang menyenangkan.
​
Namun, tahun 2016 Ajeng harus melanjutkan studinya ke Belanda. Saat itu ia memutuskan bahwa Museum Ceria harus vakum untuk sementara waktu.
​
Kini, sejak Maret 2022, Museum Ceria aktif kembali sebagai konsultan kreatif di bidang museum (juga rumah bersejarah dan situs arkeologi).
​
Museum Ceria siap berkolaborasi dengan museum-museum di Indonesia dan menjadikan museum di Indonesia relevan dengan kebutuhan masyarakat masa kini, serta up to date sesuai perkembangan zaman.
​
Sesuai dengan keahliannya, Museum Ceria dapat berkolaborasi untuk menyampaikan cerita dan informasi dari klien melalui desain, label, produk, dan/atau program yang kreatif.
​
Museum Ceria bekerja dalam tim, dan dibantu oleh partner independen yang professional di berbagai bidang, sesuai dengan kebutuhan klien. Partner Museum Ceria terdiri dari heritage specialist, arkeolog, sejarawan, epigraf, paleontolog, geolog, psikolog, branding & marketing specialist, konservator, desainer interior, desainer grafis, fotografer, videografer, sampai editor bahasa.
​
Walaupun bekerja dalam bidang yang berbeda, kami memiliki satu kesamaan: ingin membuat perubahan kearah yang lebih baik, terutama di dunia permuseuman Indonesia! Demi tujuan tersebut, Museum Ceria juga terkadang berkolaborasi dengan konsultan museum lain, baik lokal maupun internasional.

Ajeng Ayu Arainikasih
Founder; Lady Boss
Ajeng menempuh pendidikan formal di Indonesia, Australia, dan Belanda di bidang Arkeologi (S. Hum), Art History Curatorial and Museum Studies (M. Arts); dan Colonial and Global History (Ph. D. Candidate).
Ajeng merupakan akademisi yang mengajar Museologi di salah satu universitas ternama di Indonesia. Ajeng juga sering diminta menjadi pembicara dan narasumber di bidang museum, baik di Indonesia maupun di ranah internasional.
Ajeng bercita-cita menjadi travel blogger. Pengalamannya mengunjungi lebih dari 100 museum di dunia telah diterbitkan dalam seri buku #MuseumTravelogue. Tulisannya juga dapat dibaca di blog www.museumtravelogue.com

Tim Museum Ceria

M. Nurul Fajri
Account Executive |
Research & Gamification Specialist
.jpeg)
Retno Ayu Lestari
Research &
Gamification Specialist

Salich Wicaksana
Visual Designer & Photographer / Videographer

Danang Aryo N.
Visual Designer & Photographer / Videographer
Partner Independen Museum Ceria
_JPG.jpg)
Saiful Bakhri
Konservator
Founder Institut Konservasi

Alqiz Lukman
Cultural Heritage Specialist

Louie Bhuana
Heritage Storytelling Specialist

Tondi Mirzano Siregar
Cultural Heritage Specialist

Sukiato Khurniawan
Geolog / Paleontolog
[Arkeologi Prasejarah]

Andriyati Rahayu
Epigraf

Chaidir Ashari
Arkeolog
[Arkeologi Hindu-Buddha]

Ghilman Assilmi
Arkeolog
[Arkeologi Islam]

Argi Arafah
Arkeolog
[Arkeologi Kolonial dan Urban Arkeologi]

Adrian Perkasa
Sejarawan

Yulianti
Sejarawan

Nevine Rafa Kusuma
Interior Designer

Sali Rahadi Asih
Psikolog

Aninda Pardede
Marketing & Branding Specialist

Wikan Putri L.
Psikolog

Jelita Permata
Marketing & Branding Specialist

Nazaruddin
Editor Bahasa Indonesia

Triza Mudita
Marketing & Branding Specialist

Sherien Sabbah
Editor Bahasa Inggris